Wednesday, March 23, 2011

Penyaluran BOS Tak Sulit



Jakarta - Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menegaskan bahwa Permendiknas Nomor 37/2010  lebih merupakan peraturan tentang penggunaan dana biaya operasional sekolah (BOS), bukan penyalurannya. Persoalan yang menyebabkan keterlambatan penyaluran dana BOS adalah komitmen dari kabupaten. "Kalau Banyumas bisa, kenapa yang lain tidak bisa?" katanya dalam jumpa pers di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Selasa (22/03/2011). Menteri menyatakan hal itu untuk menanggapi pemberitaan yang menyebutkan bahwa keluarnya Permendiknas No 37/2010 yang menyebabkan keterlambatan alokasi dana BOS pada kabupaten kota.
Selanjutnya .....

Jadwal Ujian Nasional 2011


Pemerintah telah mengimbau agar dinas-dinas pendidikan di berbagai daerah segera mengumumkan dan melakukan sosialisasi jadwal pelaksanaan ujian nasional ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Berikut adalah jadwal pelaksanaan UN yang akan disosialisasikan:

Jenjang Sekolah Menengah Atas
  • UN untuk SMA/MK, SMALB, dan SMK: 18-21 April 2011
  • UN Susulan SMA/MK, SMALB, dan SMK: 25-28 April 2011
  • Pengumuman kelulusan paling lambat 16 Mei 2011
  • Ujian Praktik Kejuruan untuk SMK: Paling lambat satu bulan sebelum pelaksanaan UN. Pengumuman kelulusan paling lambat 5 Juni 2011
Jenjang Sekolah Menengah Pertama
  • UN untuk SMP/MTs dan SMPLB: 25-28 April 2011
  • UN Susulan SMP/MTs dan SMPLB: 3-6 Mei 2011
Jenjang Sekolah Dasar
  • UN untuk SD/MI dan SDLB: 10-12 Mei 2011
  • UN Susulan SD/MI dan SDLB: 18-20 Mei 2011
  • Pengumuman kelulusan paling lambat minggu ketiga bulan Juni 2011
sumber : http://edukasi.kompas.com

Thursday, March 17, 2011

Nil - Nothing: action and word

Nil - Nothing: action and word: "Actions speak louder than words. something that you say which means that what you do is more important than what you say kadang-kadang mu..."

Membentuk Karakter Anak Bangsa

INDONESIA telah merdeka 65 tahun, namun sampai saat ini masih dijuluki sebagai negara berkembang. Kapan negara kita dijuluki negara maju?

Oleh: Yuni Chandra Dewi


Bangsa yang maju memiliki karakter yang berbeda dengan bangsa lain dan mempunyai produk sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif. Lantas bagaimana karakter yang kita miliki.

Kalau kita dijuluki negara agraris produk pertaniannya tidak menonjol. Indonesia dihuni oleh mayoritas muslim yang mengatur ketat hubungan laki-laki dan perempuan, tapi kasus video porno menjadi tren di negeri ini. Negara ini kaya sumber daya alam, tapi mengekspor tenaga kerja sebagai pembantu rumah tangga. Dan banyak lagi realita yang menunjukkan kita kehilangan jejak karakter bangsa.  
Selanjutnya ....

Monday, March 14, 2011

Nasreddin and the Beggar

One day, Nasreddin was up on the roof of his house, mending a hole in the tiles. He had nearly finished, and he was pleased with his work. Suddenly, he heard a voice below call "Hello!" When he looked down, Nasreddin saw an old man in dirty clothes standing below.
"What do you want?" asked Nasreddin.
"Come down and I'll tell you," called the man.
Nasreddin was annoyed, but he was a polite man, so he put down his tools.
Carefully, he climbed all the way down to the ground.
"What do you want?" he asked, when he reached the ground.
"Could you spare a little money for an old beggar?" asked the old man. Nasreddin thought for a minute.
Then he said, "Come with me." He began climbing the ladder again. The old man followed him all the way to the top. When they were both sitting on the roof, Nasreddin turned to the beggar.
 "No," he said.

Nasreddin Goes Shopping

One day Nasreddin went to town to buy new clothes. First he tried on a pair of trousers. He didn't like the trousers, so he gave them back to the shopkeeper. Then he tried a robe which had the same price as the trousers. Nasreddin was pleased with the robe, and he left the shop. Before he climbed on his donkey to ride home, the shopkeeper and the shop-assistant ran out. 

"You didn't pay for the robe!" said the shopkeeper.

"But I gave you the trousers in exchange for the robe, didn't I?" replied Nasreddin.

"Yes, but you didn't pay for the trousers, either!" said the shopkeeper.

"But I didn't buy the trousers," replied Nasreddin. "I am not so stupid as to pay for something which I never bought."
 

Nasreddin and the Pot

One day Nasreddin borrowed a pot from his neighbour Ali. The next day he brought it back with another little pot inside. "That's not mine," said Ali. "Yes, it is," said Nasreddin. "While your pot was staying with me, it had a baby."
Some time later Nasreddin asked Ali to lend him a pot again. Ali agreed, hoping that he would once again receive two pots in return. However, days passed and Nasreddin had still not returned the pot. Finally Ali lost patience and went to demand his property. "I am sorry," said Nasreddin. "I can't give you back your pot, since it has died." "Died!" screamed Ali, "how can a pot die?" "Well," said Nasreddin, "you believed me when I told you that your pot had had a baby."

  (Story courtesy of John and Muriel Higgins)

Sunday, March 13, 2011

Dana untuk Merapi, Mentawai dan Wasior

Kegiatan siswa dalam mengembangkan rasa kepedulian sosial terhadap kesusahan saudaranya yang terkena bencana alam khususnya Merapi, Mentawai dan Wasior. Semoga menjadi inspirasi bagi kita semua.

BANJARMASIN



Banjarmasin is the capital of South Kalimantan, Indonesia. It is located at 3°20′S, 114°35′E, on a delta island near the junction of the Barito and Martapura rivers. As a result, Banjarmasin is sometimes called the "River City". Its population is about 444,000 (1991). Banjarmasin is served by the Syamsudin Noor Airport, which is located about 25 km outside the town. The town is also served by a port, named Trisakti Harbour. A fairly important deepwater port, Pelabuhan Trisakti Banjarmasin is the trade center of the Barito basin; exports include rubber, pepper,

Saturday, March 12, 2011

A Psycholinguistic Study
of Temporary Ambiguity Resolution
in Sentence Processing

Canice Grant
B.A. (Mod.) CSLL
Final Year Project
May 2005
Supervisor: Dr. Martin Emms

Parts of Speech

"Parts of speech" are the basic types of words that English has. Most grammar books say that there are eight parts of speech: nouns, verbs, adjectives, adverbs, pronouns, conjunctions, prepositions and interjections. We will add one more type: articles.
It is important to be able to recognize and identify the different types of words in English, so that you can understand grammar explanations and use the right word form in the right place. Here is a brief explanation of what the parts of speech are:
LESSON STUDY
UNTUK MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH INKLUSIF
Oleh
Dr. Rochmat Wahab, MA

Sekolah inklusif dewasa ini semakin diperlukan adanya, terutama ketika kebijakan pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun harus dituntaskan. Hal ini tidak hanya karena setiap warga negara harus dipenuhi haknya untuk memperoleh kesempatan pendidikan, namun yang tidak kalah pentingnya adalah adanya kondisi nyata bahwa penyelenggaraan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus masih relatif terbatas dan lebih terkonsentrasi lokasinya di kota-kota provinsi dan kabupaten/kota.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

A. Pendahuluan
Saat ini penelitian tindakan mulai mengalami sebuah perkembangan yang cukup signifikan. Penelitian ini dirasa sangat memberikan manfaat secara langsung sehingga banyak yang tertarik untuk melakukan jenis penelitian ini. Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, 2006:90).

Belajar Satistik dengan SPSS

Ayo belajar Statistik dan download bahannya
A Guide to Doing Statistics in Second Language Research Using SPSS
By Jenifer Larson-Hall
University of North Texasa

Prosedur pengujian instrumen penelitian kuantitatif

Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan reliabel.

Berikut ini dikemukakan cara pengujian validitas dan reliabilitas instrutmen yang akan digunakan untuk penelitian.

1. Pengujian Validitas lnstrumen

a. Pengujian Validitas Konstrak (Construct Validity)

Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrument dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrument dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.

b. Pengujian Validitas Isi (Content Validity)

Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Seorang dosen yang member ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan.

c. Pengujian Validitas Eksternal

Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai, maka kriteria kinerja pada instrumen itu dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja pegawai yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi.

2. Pengujian Reliabilitas lnstrumen

Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu.

a. Test-retest

Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Pengujian cara ini sering juga disebut stability.

b. Ekuivalen

Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan equivalent. Bila korelasi positif dansignifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.

c. Gabungan

Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang equivalent itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.

d. Internal Consistency

Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat di gunakan untuk memprediksi reliabiIitas instrument. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), KR. 20, KR 21 dan Anova Hoyt.

Prosedur pengabsahan data kualitatif

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas interbal ), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).

A. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatkan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.

Ø Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.

Ø Meningkatkan ketekunan berarti merakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peritiwa akan dapit direkam secara pasti dan sistematis.

Ø Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

Ø Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan.

Ø Bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.

Ø Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seperapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

B. Pengujian Transferability

Tansferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitasveksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagi peneliti natuiaristik, nilai transfer tergantung pada pemakai, hingga manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain.

C. Pengujian Dependability

Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reliabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti.

D. Pengujian Konfirmability

Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.

Tahapan pemerolehan bahasa pada anak usia dini (Acquisition)

Secara umum setiap anak melalui tahapan pemerolehan bahasa yang sama,walaupun pencapaian tahapan tersebut mungkin akan dialami pada usia yang berbeda bagi setiap anak. Hal ini berhubungan erat dengan kematangan fisiologis dan dipengaruhi oleh perkembangan sistem syaraf dalam otak. Tahapan pemerolehan bahasa anak pada usia dini menurut Steinberg (1982:149-157) menjelaskan tiga tahap dalam pemerolehan bahasa, yakni (1) penamaan dan holofrasis, (2) telegrafis, dan (3) transformasional dan morfemis.

Tahap pemerolehan bahasa ini berkaitan erat dengan performansi linguistik. Atchison (1976) menggambarkan hubungan tahap pemerolehan bahasa dan performansi linguistik sebagai berikut :

USIA (TAHUN)

PERFORMASI LINGUISTIK

0,3

Mulai meraban

0,9

Pola intonasi telah kedengaran

1,0

Kalimat satu kata (holofrasis)

1,3

Lapar kata (lexical overgeneralization)

1,8

Ujaran dan kata

2,0

Infleksi; kalimat tiga kata (telegrafis)

2,3

Mulai menggunakan kata ganti

2,6

Kalimat tanya, kalimat negatif, kalimat empat kata, dan pelafalan telah sempurna

3,6

Pelafalan konsonan telah sempurna

4,0

Kalimat sederhana yang tepat, tetapi masih terbatas

5,0

Konstruksi morfologis dan sintaktis telah sempurna

10

Matang berbicara

Hal penting yang perlu dijelaskan dari tabel di atas adalah :

a. Tangisan (Crying)

Tangisan merupakan perilaku yang mengandung pesan yang sangat kompleks bagi seorang bayi semenjak dia dilahirkan. Secara naluriah bayi akan menangis untuk mengekspresikan dan menyampaikan pesan kebutuhan dasarnya. Tangisan seorang bayi dapat berarti bahwa ia lapar, haus, merasa dingin atau panas dan lain-lain. Sebelum merespon, orang ibu atau orang lain diluar dirinya akan dan berusaha untuk memahami tangisannya. Perilaku ini bersifat instingtif, oleh karena kurang tepat apabila tangisan bayi merupakan tahapan perkembangan bahasa. Namun demikian tangisan memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan dan kematangan speech organs (paru-paru dan pita suara) bagi seorang bayi.

b. Mendekut (Cooing)

Tahapan ini disebut juga dengan fase gurgling atau mewing. Mendekut atau mendekur seperti suara burung merpati merupakan perilaku yang universal. Bunyi yang dikeluarkan pada usia 2 atau 3 bulan ini sulit didiskripsikan, karena bunyi yang dihasilkan mirip bunyi vocal, tetapi tidak sama dengan bunyi vocal yang dihasilkan oleh orang dewasa. Seperti halnya menangis, perilaku ini juga memberikan andil yang cukup signifikan bagi perkembangan dan kematangan piranti alat ucapnya.

c. Mengoceh (Babbling)

Pada usia 6 sampai 10 bulan, anak mulai mengucapkan kata-kata yang menghasilkan bunyi-bunyi dengan pola tertentu yang diulang-ulang. Anak pada usia ini mampu mengucapkan kata-kata yang terdiri dari kombinasi antara konsonan dan vokal, misalnya /ma/, /pa/ dan /ba/.

Walaupun mengoceh dengan pengucapan satu suku kata – one word utterance (holofrastik), bagi bayi belum memiliki arti atau makna apapun, babling juga berperan penting bagi perkembangan bahasa anak di masa yang akan datang. Tahapan ini akan dilanjutkan dengan fase tuturan dua kata atau disebut dengan telegrafis. Ketika berkomunikasi, anak akan mengucapkan kata-kata yang dianggap penting saja yang disampaikan kepada lawan bicaranya.

Prosedur Pengumpulan Data untuk Penelitian Kuantitatif

Dalam penelitian kuantitatif, pengumpulan data berdasarkan tekniknya yaitu melalui wawancara, angket (kuesioner), dan observasi.

A. Interview (Wawancara)

wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.

Ø Wawancara Terstruktur

wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah dipersiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

Ø Wawancara Tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

B. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan data memberi seperangkat pertanyaan atau pemyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.

C. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu

berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Ø Observasi Berperanserta (participant observation)

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Ø Observasi Nonpartisipan

Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. pengumpulan data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai di balik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.

Prosedur Pengumpulan Data untuk Penelitian Kuantitatif

Dalam penelitian kuantitatif, pengumpulan data berdasarkan tekniknya yaitu melalui wawancara, angket (kuesioner), dan observasi.

A. Interview (Wawancara)

wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.

Ø Wawancara Terstruktur

wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah dipersiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

Ø Wawancara Tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

B. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan data memberi seperangkat pertanyaan atau pemyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.

C. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu

berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Ø Observasi Berperanserta (participant observation)

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Ø Observasi Nonpartisipan

Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. pengumpulan data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai di balik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.

Friday, March 11, 2011

aktivitas sekolah SMAN 1 MUARA HARUS

Persiapan OLIMPIADE SCIENCE
SEKOLAH TEMPAT ASA DIBINA
KEGIATAN ROHANI MEMBENTUK KARAKTER ISLAMI
RINTANGAN sebagai Pembentuk Ketabahan

Prosedur Pengumpulan Data untuk Penelitian Kualitatif

1 Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interiview) dan dokumentasi dan gabungan/triangulasi.

A. Pengumpulan data dengan Observasi

Sanafiah Faisal (1990) dalam Sugiyono: mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation).

Ø Observasi Partisipatif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

Ø Observasi Terus Terang atau Tersamar

Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.

Ø Observasi Tidak Terstruktur

Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

Peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati dan focus penelitian belum jelas, peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan.

B. Pengumpulan data dengan wawancara/interview

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.

Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Ø Wawancara terstruktur (Structured interview)

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap pewawancara mempunyai ketrampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara.

Ø Wawancara semiterstruktur (semistructure Interview)

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

Ø Wawancara tak berstruktur (unstructured interview)

Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman-pedoman yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

C. Teknik Pengumpulan data dengan Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), critera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

D. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenamya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibiliias data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatir, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

Daftar Isi