Wednesday, July 13, 2011
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Tuesday, June 14, 2011
Factors in Effective Language Teaching Jack Richards
Relevansi Teori Psikologi Piaget, Vygotsky, dan Bruner dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
Monday, June 13, 2011
MULTIPLE-CHOICE TEST
Saturday, June 4, 2011
A framework for task-based language teaching Nunan
BEYOND TEST: ALTERNATIVES IN ASSESSMENT (BROWN: 2004)
Kathleen M. Bailey Autonomy and authority
Monday, May 30, 2011
Contextual Teaching and learning (CTL)
Friday, May 20, 2011
Indirect Strategies for General Management of Learning
Direct Strategies for Dealing with Language
Saturday, May 14, 2011
Principles of communicative methodology KEITH MORROW
Tuesday, April 26, 2011
Wednesday, March 23, 2011
Penyaluran BOS Tak Sulit
Jakarta - Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menegaskan bahwa Permendiknas Nomor 37/2010 lebih merupakan peraturan tentang penggunaan dana biaya operasional sekolah (BOS), bukan penyalurannya. Persoalan yang menyebabkan keterlambatan penyaluran dana BOS adalah komitmen dari kabupaten. "Kalau Banyumas bisa, kenapa yang lain tidak bisa?" katanya dalam jumpa pers di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Selasa (22/03/2011). Menteri menyatakan hal itu untuk menanggapi pemberitaan yang menyebutkan bahwa keluarnya Permendiknas No 37/2010 yang menyebabkan keterlambatan alokasi dana BOS pada kabupaten kota.
Selanjutnya .....
Jadwal Ujian Nasional 2011
- UN untuk SMA/MK, SMALB, dan SMK: 18-21 April 2011
- UN Susulan SMA/MK, SMALB, dan SMK: 25-28 April 2011
- Pengumuman kelulusan paling lambat 16 Mei 2011
- Ujian Praktik Kejuruan untuk SMK: Paling lambat satu bulan sebelum pelaksanaan UN. Pengumuman kelulusan paling lambat 5 Juni 2011
- UN untuk SMP/MTs dan SMPLB: 25-28 April 2011
- UN Susulan SMP/MTs dan SMPLB: 3-6 Mei 2011
- UN untuk SD/MI dan SDLB: 10-12 Mei 2011
- UN Susulan SD/MI dan SDLB: 18-20 Mei 2011
- Pengumuman kelulusan paling lambat minggu ketiga bulan Juni 2011
Thursday, March 17, 2011
Nil - Nothing: action and word
Membentuk Karakter Anak Bangsa
Oleh: Yuni Chandra Dewi
Bangsa yang maju memiliki karakter yang berbeda dengan bangsa lain dan mempunyai produk sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif. Lantas bagaimana karakter yang kita miliki.
Kalau kita dijuluki negara agraris produk pertaniannya tidak menonjol. Indonesia dihuni oleh mayoritas muslim yang mengatur ketat hubungan laki-laki dan perempuan, tapi kasus video porno menjadi tren di negeri ini. Negara ini kaya sumber daya alam, tapi mengekspor tenaga kerja sebagai pembantu rumah tangga. Dan banyak lagi realita yang menunjukkan kita kehilangan jejak karakter bangsa.
Selanjutnya ....
Monday, March 14, 2011
Nasreddin and the Beggar
Nasreddin Goes Shopping
"You didn't pay for the robe!" said the shopkeeper.
"But I gave you the trousers in exchange for the robe, didn't I?" replied Nasreddin.
"Yes, but you didn't pay for the trousers, either!" said the shopkeeper.
"But I didn't buy the trousers," replied Nasreddin. "I am not so stupid as to pay for something which I never bought."
Nasreddin and the Pot
Sunday, March 13, 2011
Dana untuk Merapi, Mentawai dan Wasior
BANJARMASIN
Saturday, March 12, 2011
Parts of Speech
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Belajar Satistik dengan SPSS
Prosedur pengujian instrumen penelitian kuantitatif
Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrument yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan reliabel.
Berikut ini dikemukakan cara pengujian validitas dan reliabilitas instrutmen yang akan digunakan untuk penelitian.
1. Pengujian Validitas lnstrumen
a. Pengujian Validitas Konstrak (Construct Validity)
Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrument dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrument dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
b. Pengujian Validitas Isi (Content Validity)
Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Seorang dosen yang member ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. Untuk instrumen yang akan mengukur efektivitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan.
c. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai, maka kriteria kinerja pada instrumen itu dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja pegawai yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi.
2. Pengujian Reliabilitas lnstrumen
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik tertentu.
a. Test-retest
Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada responden. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Pengujian cara ini sering juga disebut stability.
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikan equivalent. Bila korelasi positif dansignifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.
c. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang equivalent itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.
d. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian yang data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat di gunakan untuk memprediksi reliabiIitas instrument. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), KR. 20, KR 21 dan Anova Hoyt.
Prosedur pengabsahan data kualitatif
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas interbal ), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).
A. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatkan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.
Ø Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.
Ø Meningkatkan ketekunan berarti merakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peritiwa akan dapit direkam secara pasti dan sistematis.
Ø Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
Ø Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan.
Ø Bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.
Ø Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seperapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
B. Pengujian Transferability
Tansferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitasveksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagi peneliti natuiaristik, nilai transfer tergantung pada pemakai, hingga manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan situasi sosial lain.
C. Pengujian Dependability
Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reliabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti.
D. Pengujian Konfirmability
Tahapan pemerolehan bahasa pada anak usia dini (Acquisition)
Secara umum setiap anak melalui tahapan pemerolehan bahasa yang sama,walaupun pencapaian tahapan tersebut mungkin akan dialami pada usia yang berbeda bagi setiap anak. Hal ini berhubungan erat dengan kematangan fisiologis dan dipengaruhi oleh perkembangan sistem syaraf dalam otak. Tahapan pemerolehan bahasa anak pada usia dini menurut Steinberg (1982:149-157) menjelaskan tiga tahap dalam pemerolehan bahasa, yakni (1) penamaan dan holofrasis, (2) telegrafis, dan (3) transformasional dan morfemis.
Tahap pemerolehan bahasa ini berkaitan erat dengan performansi linguistik. Atchison (1976) menggambarkan hubungan tahap pemerolehan bahasa dan performansi linguistik sebagai berikut :
| PERFORMASI LINGUISTIK | ||
0,3 | Mulai meraban | ||
0,9 | Pola intonasi telah kedengaran | ||
1,0 | Kalimat satu kata (holofrasis) | ||
1,3 | Lapar kata (lexical overgeneralization) | ||
1,8 | Ujaran dan kata | ||
2,0 | Infleksi; kalimat tiga kata (telegrafis) | ||
2,3 | Mulai menggunakan kata ganti | ||
2,6 | Kalimat tanya, kalimat negatif, kalimat empat kata, dan pelafalan telah sempurna | ||
3,6 | Pelafalan konsonan telah sempurna | ||
4,0 | Kalimat sederhana yang tepat, tetapi masih terbatas | ||
5,0 | Konstruksi morfologis dan sintaktis telah sempurna | ||
10 | Matang berbicara |
Hal penting yang perlu dijelaskan dari tabel di atas adalah :
a. Tangisan (Crying)
Tangisan merupakan perilaku yang mengandung pesan yang sangat kompleks bagi seorang bayi semenjak dia dilahirkan. Secara naluriah bayi akan menangis untuk mengekspresikan dan menyampaikan pesan kebutuhan dasarnya. Tangisan seorang bayi dapat berarti bahwa ia lapar, haus, merasa dingin atau panas dan lain-lain. Sebelum merespon, orang ibu atau orang lain diluar dirinya akan dan berusaha untuk memahami tangisannya. Perilaku ini bersifat instingtif, oleh karena kurang tepat apabila tangisan bayi merupakan tahapan perkembangan bahasa. Namun demikian tangisan memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan dan kematangan speech organs (paru-paru dan pita suara) bagi seorang bayi.
b. Mendekut (Cooing)
Tahapan ini disebut juga dengan fase gurgling atau mewing. Mendekut atau mendekur seperti suara burung merpati merupakan perilaku yang universal. Bunyi yang dikeluarkan pada usia 2 atau 3 bulan ini sulit didiskripsikan, karena bunyi yang dihasilkan mirip bunyi vocal, tetapi tidak sama dengan bunyi vocal yang dihasilkan oleh orang dewasa. Seperti halnya menangis, perilaku ini juga memberikan andil yang cukup signifikan bagi perkembangan dan kematangan piranti alat ucapnya.
c. Mengoceh (Babbling)
Pada usia 6 sampai 10 bulan, anak mulai mengucapkan kata-kata yang menghasilkan bunyi-bunyi dengan pola tertentu yang diulang-ulang. Anak pada usia ini mampu mengucapkan kata-kata yang terdiri dari kombinasi antara konsonan dan vokal, misalnya /ma/, /pa/ dan /ba/.
Walaupun mengoceh dengan pengucapan satu suku kata – one word utterance (holofrastik), bagi bayi belum memiliki arti atau makna apapun, babling juga berperan penting bagi perkembangan bahasa anak di masa yang akan datang. Tahapan ini akan dilanjutkan dengan fase tuturan dua kata atau disebut dengan telegrafis. Ketika berkomunikasi, anak akan mengucapkan kata-kata yang dianggap penting saja yang disampaikan kepada lawan bicaranya.
Prosedur Pengumpulan Data untuk Penelitian Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif, pengumpulan data berdasarkan tekniknya yaitu melalui wawancara, angket (kuesioner), dan observasi.
A. Interview (Wawancara)
wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Ø Wawancara Terstruktur
wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah dipersiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
Ø Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
B. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan data memberi seperangkat pertanyaan atau pemyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.
C. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu
berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Ø Observasi Berperanserta (participant observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
Ø Observasi Nonpartisipan
Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. pengumpulan data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai di balik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.