Saturday, March 12, 2011

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

A. Pendahuluan
Saat ini penelitian tindakan mulai mengalami sebuah perkembangan yang cukup signifikan. Penelitian ini dirasa sangat memberikan manfaat secara langsung sehingga banyak yang tertarik untuk melakukan jenis penelitian ini. Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, 2006:90).

Gall (2003:579) memberikan definisi penelitian tindakan atau dikenal dengan Action Research dalam dunia pendidikan sebagai berikut: Action Research in education is a form of applied research whose primary purpose is the improvement of an education professional’s own practice.
Menurut pengertian yang diberikan oleh Gall diatas, Action Research atau Penelitian Tindakan dijelaskan sebagai sebuah bentuk penelitian yang tujuan utamanya adalah untuk perbaikan atas masalah-masalah yang berkenaan dengan hal-hal praktis terutama dalam bidang pendidikan.
McMillan (2010 : 444) juga memberikan definisi penelitian tindakan yakni sebagai berikut: “Action research is the process of using research principles to provide information that educational professionals use to imrove aspects of day to day practice.”
Dikatakan oleh McMillan diatas bahwa penelitian tindakan ialah suatu proses penggunaan prinsip-prinsip penelitian oleh para praktisi pendidikan untuk meningkatkan aspek kegiatan sehari hari.
Sejalan dengan apa yang didefinisikan oleh McMillan tentang penelitian tindakan, Creswell (2008 : 596) memberikan pengertian tentang desain penelitian tindakan yaitu “systematic procedures done by teachers (or other individuals in an educational setting) to gather information about, and subsequently improve, the ways their particular educational setting operates, their teaching, and their students learning.”
Berdasarkan pernyataan Creswell diatas bahwa desain penelitian tindakan merupakan prosedur sistematis yang dilakukan oleh guru ataupun oleh individu lainnya dalam bidang pendidikan dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dan secara berturut-turut mampu meningkatkan proses pembelajaran, cara mengajar guru dan cara belajar siswa.
Menurut Arikunto (2006:95) ciri terpenting dari penelitian tindakan adalah bahwa penelitian tersebut merupakan suatu upaya untuk memecahkan masalah, sekaligus mencari dukungan ilmiahnya. Dijelaskan Arikunto bahwa berdasarkan ciri tersebut penelitian tindakan dapat dilakukan dengan tujuan, setting dan lokasinya sekaligus tertuang dalam namanya, antara lain:
a. Penelitian tindakan partisipatori (participatory action research)
b. Penelitian tindakan kritis (critical action research)
c. Penelitian tindakan kelas (classroom action research)
d. Penelitian tindakan institusi (institutional action research)
Dari keempat jenis penelitian tindakan diatas, yang akan dilaksanakan guru ialah penelitian tindakan kelas guna melakukan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran dikelas.
Belakangan ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh para profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah sosial (pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang di masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refleksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan penyempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai.
B. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya.
PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering menjadikan pro dan kontra, terutama jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya.
Jenis penelitian ini dapat dilakukan didalam bidang pengembangan organisasi, manejemen, kesehatan atau kedokteran, pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya berikut ini akan dikemukakan mengenai hakikat PTK.
C. Definisi Penelitian Tindakan Kelas
Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu penelitian terapan. Berikut akan dikemukakan beberapa definisi penelitian tindakan kelas menurut para ahli.
Menurut Arikunto (2006:91) PTK terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami pengertiannya sebagai berikut:
o Penelitian – kegiatan mencermati suatu objek, menggunakaan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
o Tindakan – sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
o Kelas – sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Menurut Kusumah (2010:9) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratatif dan partisifatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982). Seluruh prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan profesional.
Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Kusumah, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi ( dan lembaga-lembaga ) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Kusumah, 2010:8).
Sementara menurut Raka Joni (1998 : 5) PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memprdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah dalam rangka guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup professional untuk selanjutnya, diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.
Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realistis, dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua “ aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangan dan kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi” nya masih terdapat kekurangan, dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya tidak terjadi permasalahan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas.
PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan.
D. Alasan dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesionalnya :
1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang dia lakukan dan muridnya.
2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktisi, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneliti di bidangnya.
3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.
4. Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
6. Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.
E. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Hopkins (1993: 57-61) dalam Raka Joni, ada 6 prinsip penelitian tindakan kelas yaitu diantaranya:
1. Metode PTK yang diterapkan tidak berdampak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar.
2. Metode pengumpulan data yang digunakan tindak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
3. Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup menyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelas serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakan.
4. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukan, dan bertolak dari tanggung jawab profesionalnya, guru memiliki komitmen terhadap pengatasannya.
5. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya.
6. Permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan/atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan.
Pendapat diatas senada dengan pendapat Kasihani (2001) dalam Suwandi (2010 : 17-19) yang memberikan rincian tentang prinsip-prinsip dasar PTK. Beberapa prinsip yang ditambahkan oleh Suwandi antara lain:
1. PTK menuntut guru membuat jurnal pribadi
2. PTK sebaiknya dimulai dari hal-hal yang sederhana namun nyata
3. Dalam PTK guru perlu melihat dan menilai diri sendiri secara kritis terhadap apa yang dikerjakan dikelasnya
4. Guru mempunyai kemampuan reflektif
F. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
PTK merupakan jenis penelitian yang tentu saja memberikan manfaat yang cukup banyak terutama sekali bagi guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran dikelas. Menurut Kusumah (2010 : 14) ada dua manfaat yang bisa kita ambil dari terlaksananya PTK, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut dirincikan masing-masing tujuan tersebut sebagai berikut:
1. Manfaat Umum PTK
Manfaat PTK bagi guru banyak sekali, diantaranya yaitu:
a. Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran
b. Meningkatkan profesionalitas guru
c. Meningkatkan rasa percaya diri guru
d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.
2. Manfaat Khusus PTK
a. Menumbuhkan kebiasaan menulis
b. Berpikir analitis dan ilmiah
c. Menggali ide baru
d. Melatih pemikiran ilmiah
e. Mengembangkan keterampilan
f. Meningkatkan kualitas pembelajaran kelas
G. Jenis Penelitian Tindakan Kelas
Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diagnostik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.
1. PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.
2. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.
3. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.
4. PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
H. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.
1. Model Kurt Lewin; di depan sudah disebutnya bahwa PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) Perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) Observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting) (Lewin, 1990). Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi : (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (implementing), dan (3) Penilaian (evaluating) (Wina:2010.49-50).
2. Model Kemmis dan MC Taggar merupakan pengembangan dari model kurt Lewin, hanya saja komponene tindakan (acting) dan pengamatan (observing) dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama.
3. Model John Elliot; apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut ini.
4. Menurut Ebbut: beranggapan bahwa suatu penelitian tindakan harus dimulai dari adanya gagasan awal. Gagasan awal adalah di dorong oleh keinginan peneliti untuk melakukan suatu perbaikan proses untuk menghasilkan sesuatu yang lebih optimal. Berdasarkan gagasan awal itu, kemudian peneliti berupaya mebemukan berbagai tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk menyelesaikannya. selanjutnya peneliti menyusun rancangan umum, yang akan diimplementasikan selama proses monitoring yang selanjutnya disusun penjelasan tentang berbagai kegagalan yang terjadi dari tindakan yang telah dilakukan. Dari penjelasan ini akan menjadi masukan dalam merevisi rencana umum selanjutnya untuk putaran kedua.
I. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Zainal Aqib,dkk. (2009 : 8-10) bahwa langkah-langkah dalam PTK merupakan satu daur atau siklus yang terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu Tahapan Pra PTK, yang meliputi:
1. Identifikasi masalah
2. Analisis masalah
3. Rumusan masalah
4. Rumusan hipotesis tindakan
Tahapan Pra PTK ini sangat esensial untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan disusun. Tanpa tahapan ini suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu penelitian ilmiah. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan guna menuntut pelaksanaan tahapan PTK adalah sebagai berikut ini.
o Apa yang memprihatinkan dalam proses pembelajaran?
o Mengapa hal itu terjadi dan apa sebabnya?
o Apa yang dapat dilakukan dan bagaimana caranya mengatasi keprihatinan tersebut?
o Bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk membantu mencari fakta apa yang terjadi?
o Bagaimana cara mengumpulkan bukti-bukti tersebut?
Jadi, tahapan pra PTK ini sesungguhnya suatu reflektif dari guru terhadap masalah yang ada dikelasnya. Masalah ini tentunya bukan bersifat individual pada salah seorang murid saja, namun lebih merupakan masalah umum yang bersifat klasikal, misalnya kurangnya motivasi belajar di kelas, rendahnya kualitas daya serap klasikal, dan lain-lain.
Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan Pra PTK inilah suatu rencana tindakan dibuat.
1. Perencanaan Tindakan; berdasarkan pada identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra PTK, rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang ditentukan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari materi/bahan ajar, rencana pengajaran yang mencakup metode/ teknik mengajar, serta teknik atau instrumen observasi/ evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada tahap perencanaan ini. Dalam tahap ini perlu juga diperhitungkan segala kendala yang mungkin timbul pada saat tahap implementasi berlangsung. Dengan melakukan antisipasi lebih dari diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.
2. Pelaksanaan Tindakan; tahap ini merupakan implementasi ( pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat. Tahap ini, yang berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru tentu saja mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektifitas keterlibatan kolaborator sekedar untuk membantu si peneliti untuk dapat lebih mempertajam refleksi dan evaluasi yang dia lakukan terhadap apa yang terjadi dikelasnya sendiri. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan.
3. Pengamatan Tindakan; kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Pada tahap ini perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis instrumen ukur penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam melaksanakan observasi dan evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar (sejawat atau pakar). Dengan kehadiran orang lain dalam penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif. Hanya saja pengamat luar tidak boleh terlibat terlalu dalam dan mengintervensi terhadap pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Terdapat empat metode observasi, yaitu : observasi terbuka; observasi terfokus; observasi terstruktur dan dan observasi sistematis. Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam observasi, diantaranya a) ada perencanaan antara dosen/guru dengan pengamat; (b) fokus observasi harus ditetapkan bersama; (c) dosen/guru dan pengamat membangun kriteria bersama; (d) pengamat memiliki keterampilan mengamati; dan (e) balikan hasil pengamatan diberikan dengan segera. Adapun keterampilan yang harus dimiliki pengamat diantaranya : (a) menghindari kecenderungan untuk membuat penafsiran; (b) adanya keterlibatan keterampilan antar pribadi; (c) merencanakan skedul aktifitas kelas; (d) umpan balik tidak lebih dari 24 jam; (d) catatan harus teliti dan sistemaris
4. Refleksi Terhadap Tindakan; tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan untuk melibatkan orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat observasi. Keterlebatan kolaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk dapat lebih tajam melakukan refleksi dan evaluasi. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih.Proses refleksi ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu refleksi yang tajam dan terpecaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya. Refleksi yang tidak tajam akan memberikan umpan balik yang misleading dan bias, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan suatu PTK. Tentu saja kadar ketajaman proses refleksi ini ditentukan oleh kejataman dan keragaman instrumen observasi yang dipakai sebagai upaya triangulasi data. Observasi yang hanya mengunakan satu instrumen saja. Akan menghasilkan data yang miskin.Adapun untuk memudahkan dalam refleksi bisa juga dimunculkan kelebihan dan kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan dasar perencanaan siiklus selanjutnya. Pelaksanaan refleksi diusahakan tidak boleh lebih dari 24 jam artinya begitu selesai observasi langsung diadakan refleksi bersama kolaborator.
Demikianlah, secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara bersinambungan seperti sebuah spiral.
Kapan siklus-siklus tersebut berakhir? Pertanyaan ini hanya dapat dijawab oleh si peneliti sendiri. Kalau dia sudah merasa puas terhadap hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan PTK yang dia lakukan, maka dia akan mengakhiri siklus-siklus tersebut. Selanjutnya, dia akan melakukan satu identifikasi masalah lain dan kemudian diikuti oleh tahapan-tahapan PTK baru guna mencari solusi dari masalah tersebut.
Siklus yang baik biasanya lebih dari dua siklus, dan waktu siklus yang baik lamanya sekitar enam bulan atau satu semester. Namun berdasarkan kenyataan dilapangan, baik tidaknya siklus tidak harus menunggu 6 bulan tapi bisa saja beberapa kali pertemuan (1 topik pelajaran) selesai sampai diadakan evaluasi. Satu siklus bisa berlangsung selama beberapa tatap muka. tergantung dari topic yang menjadi masalah dalam PTK yang dilakukan.
J. Pengumpulan dan Analisis Data PTK
Teknik pengumpulan data dapat digolongkan ke dalam 3 jenis:
1. Metode kertas dan pensil
a. catatan lapangan pribadi
Catatan tentang situasi kelas selama maupun segera setelah pelajaran usai, mengenai hal-hal penting yang terjadi dikelas.Catatn ini berguna untuk didiskusikan dengan teman.
b. buku harian siswa
Catatan mengenai respon siswa terhadap pelajaran yang diberikan dengan tanpa rasa takut, jujur serta terbuka dalam menyatakan pendapat mereka.
c. kuesioner
kuesioner disusun dalam tahap eksplorasi untuk memeperoleh gagasan-gagasan tentang kecendrungan-kecendrungan (ternd) yang ada. pada umumnya data selalu berhubungan dengan nilai-nilai (value) sehingga sukar untuk memperoleh pendapat yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang nilai melalui kuisioner.
2. Metode “Hidup”
a. Metode sosiometri
Metode untuk menganalisis hubungan sosial.
b. Interview dan diskusi
kedua metode ini merupakan sumber data yang sangat penting, tetapi diperlukan waktu yang amat banyak untuk melakukannya. dalam diskusi diusahakan agar jumlah peserta tidak lebih dari 7 orang, sehingga semuanya dapat berpartisipasi. Dan interview merupakan cara yang sangat penting dalam usaha memberikan umpan balik mengenai masalah yang diteliti serta saran-saran untuk masa depan.
3. Metode Ostensif
a. Presentasi slide-tape
Cara ini sukar diperoleh dan sangat terbatas mengenai apa yang sangat disajikan. Pemakaian kamera dapat mengganggu siswa dan sukar untuk menebtukan momen/waktu yang tepat perlu diabadikan.
b. interview dengan audio tape
Cara ini merupakan sumber data yang berharga, dapat memberikan apa yang ada di dalam percakapan meskipun tanpa ada gambaran visual. tetapi perlu waktu dan energy untuk menerjemahkan hasil interview.
c. Video tape
cara ini adalah yang paling baik untuk menggambarkan keadaan yang sesungguhnya di kelas. yang sangat menghambat adalah mahalnya harga atau ketersediaan peralatan, pelatihan orang yang akan menggunakan serta menerjemahkan percakapan-percakapan, alat dan operator yang sangat mengganggu kelas.
Adapun alat yang dapat dipakai dalam penelitian untuk membantu indera manusia adalah berupa pengamatan/observasi, interview, kuesioner, tes, journal siswa, tugas, pekerjaan siswa, audio taping or video taping, catatan tingkah laku siswa, attitude scales, dukumentasi.
Analisis data dilaksanakan dengan menyeleksi dan mengelompokkan data, memaparkan dan mendeskripsikan data dalam bentuk narasi, tabel dan/ grafik serta menyimpulkan dalam bentuk pernyataan. Kemudian berdasarkan analisis data dilakukan refleksi dan diikuti dengan perencanaan tindak lanjut dalam bentuk revisi dari rencana lama atau menyusun tindakan baru sama sekali (Kusumah, 2010 : 83)
K. Validitas Penelitian dan Reliabilitas PTK
Validasi adalah sejauh derajat yang menunjukkan sejauh mana hasil tersebut berguna (relevan) sebagai petunjuk untuk guru tertentu, serta kekuatannya untuk member informasi dan argument tentang meningkatkan praktik pendidikan dimasyarakat professional yang lebih luas (Kusumah:2010:85).
Cara-cara validasi data diuraikan oleh Kusumah (2010:83) sebagai berikut:
1. Triangulasi, yaitu membandingkan persepsi sumber data/informan yang satu dengan yang lain di dalam/mengenai situasi yang sama.
2. Penjenuhan (saturation), yaitu dilakukannya observasi/interview yang berulang-ulang sampai data “jenuh” (tidak lagi diperoleh data baru) hipotesis tervalidasi
3. Triangulasi hubungan dengan memakai berbagai sumber:
a. Survei
b. Kuesioner
c. Observasi
d. Intervensi
e. Dokumen
4. Audit Trial, yaitu data diperiksa oleh pihak ketiga untuk mengontrol kesalahan sehingga mampu mengambil kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Pardede (13) menyatakan bahwa reliabelitas PTK sulit untuk dicapai mengingat PTK merupakan penelitian yang situasinya terus berubah dan prosesnya bersifat transformative tanpa kendali apapun (alami). Dalam kenyataan, tingkat reliabelitas tinggi hanya dapat dicapai dengan mengendalikan hamper seluruh aspek situasi yang dapat berubah (variable), dan hal ini tidak mungkin dan tidak baik dilakukan dalam PTK karena akan melanggar salah satu cirri khas PTK yaitu kontekstual/situasional dan terlokasi dengan perubahan yang menjadi tujuannya. Oleh karena itu reliabelitas PTK dapat dilakukan dengan cara melampirkan data asli seperti transkrif wawancara dan catatan lapangan, menggunakan lebih dari satu sumber data untuk mendapatkan data yang sama dan kolaborasi dengan sejawat atau orang lain yang relevan.
L. Kelebihan dan Kekurangan PTK
PTK memiliki kelebihan berikut (Shumsky, 1982 dalam Tatang Sunendar): (1) tumbuhnya rasa memiliki melalui kerja sama dalam PTK; (2) tumbuhnya kreativitias dan pemikiran kritis lewat interaksi terbuka yang bersifat reflektif atau evaluatif dalam PTK; (3) dalam kerja sama ada saling merangsang untuk berubah; dan (4) meningkatnya kesepakatan lewat kerja sama demokratis dan dialogis dalam PTK.
PTK Anda juga memiliki kelemahan: (1) kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian pada Anda sendiri karena terlalu banyak berurusan dengan hal-hal praktis, (2) rendahnya efisiensi waktu karena Anda harus punya komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya sementara Anda masih harus melakukan tugas rutin ; (3) validitasnya masih disangsikan; (4) tidak mungkin melakukan generalisasi karena jumlah sampel yang sedikit; dan (5) peran guru yang bertindak sebagai pengajar sekaligus peneliti sering membuat sangat repot.
M. Kesimpulan
PTK merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan keprofesionalan guru. Dalam pelaksanaannya para guru perlu melakukan segala langkah penelitian ini secara bersama-sama dari awal hingga akhir. PTK dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan perbaikan, pengamatan proses pembelajaran dan pelaksanaan refleksi yang dapat diulang sebagai siklus. Ciri khas penelitian ini ialah adanya masalah pembelajaran dan tindakan perbaikan untuk memecahkan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung: CV. Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Creswell, John W. 2008. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualititative Research. New jersey: Pearson Prentice Hall.
Gall, Meredith D., Joice P. Gall, & Walter R. Borg. 2003. Educational Research: An Introduction. New York: Longman.
Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: PT. Indeks.
Maknun, Johar. (31 Desember 2008). Penelitian Tindakan Kelas. Diambil pada tanggal 2 Januari 2011, http://file.upi.edu/Direktori.
McMillan, James H. dan Sally Schumacher. 2010. Research in Education: Evidence-Based Inquiry. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Raka Joni, T., Kardiawarman, Tisno Hadisubroto. 1998. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah (Secondary School Teacher Development Project) IBRD Loan No. 3979-IND
            Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
            Suwandi, sarwiji. 2010. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah.    
                           Surakarta:Yuma Pustaka
            Tatang Sunendar. (21 Maret 2008). Penelitian Tindakan Kelas (Part II). Diambil pada tanggal 21 
                          Desember 2010. http://akhmadsudrajat.wordpress.com.

No comments:

Daftar Isi