Saturday, March 12, 2011

Tahapan pemerolehan bahasa pada anak usia dini (Acquisition)

Secara umum setiap anak melalui tahapan pemerolehan bahasa yang sama,walaupun pencapaian tahapan tersebut mungkin akan dialami pada usia yang berbeda bagi setiap anak. Hal ini berhubungan erat dengan kematangan fisiologis dan dipengaruhi oleh perkembangan sistem syaraf dalam otak. Tahapan pemerolehan bahasa anak pada usia dini menurut Steinberg (1982:149-157) menjelaskan tiga tahap dalam pemerolehan bahasa, yakni (1) penamaan dan holofrasis, (2) telegrafis, dan (3) transformasional dan morfemis.

Tahap pemerolehan bahasa ini berkaitan erat dengan performansi linguistik. Atchison (1976) menggambarkan hubungan tahap pemerolehan bahasa dan performansi linguistik sebagai berikut :

USIA (TAHUN)

PERFORMASI LINGUISTIK

0,3

Mulai meraban

0,9

Pola intonasi telah kedengaran

1,0

Kalimat satu kata (holofrasis)

1,3

Lapar kata (lexical overgeneralization)

1,8

Ujaran dan kata

2,0

Infleksi; kalimat tiga kata (telegrafis)

2,3

Mulai menggunakan kata ganti

2,6

Kalimat tanya, kalimat negatif, kalimat empat kata, dan pelafalan telah sempurna

3,6

Pelafalan konsonan telah sempurna

4,0

Kalimat sederhana yang tepat, tetapi masih terbatas

5,0

Konstruksi morfologis dan sintaktis telah sempurna

10

Matang berbicara

Hal penting yang perlu dijelaskan dari tabel di atas adalah :

a. Tangisan (Crying)

Tangisan merupakan perilaku yang mengandung pesan yang sangat kompleks bagi seorang bayi semenjak dia dilahirkan. Secara naluriah bayi akan menangis untuk mengekspresikan dan menyampaikan pesan kebutuhan dasarnya. Tangisan seorang bayi dapat berarti bahwa ia lapar, haus, merasa dingin atau panas dan lain-lain. Sebelum merespon, orang ibu atau orang lain diluar dirinya akan dan berusaha untuk memahami tangisannya. Perilaku ini bersifat instingtif, oleh karena kurang tepat apabila tangisan bayi merupakan tahapan perkembangan bahasa. Namun demikian tangisan memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan dan kematangan speech organs (paru-paru dan pita suara) bagi seorang bayi.

b. Mendekut (Cooing)

Tahapan ini disebut juga dengan fase gurgling atau mewing. Mendekut atau mendekur seperti suara burung merpati merupakan perilaku yang universal. Bunyi yang dikeluarkan pada usia 2 atau 3 bulan ini sulit didiskripsikan, karena bunyi yang dihasilkan mirip bunyi vocal, tetapi tidak sama dengan bunyi vocal yang dihasilkan oleh orang dewasa. Seperti halnya menangis, perilaku ini juga memberikan andil yang cukup signifikan bagi perkembangan dan kematangan piranti alat ucapnya.

c. Mengoceh (Babbling)

Pada usia 6 sampai 10 bulan, anak mulai mengucapkan kata-kata yang menghasilkan bunyi-bunyi dengan pola tertentu yang diulang-ulang. Anak pada usia ini mampu mengucapkan kata-kata yang terdiri dari kombinasi antara konsonan dan vokal, misalnya /ma/, /pa/ dan /ba/.

Walaupun mengoceh dengan pengucapan satu suku kata – one word utterance (holofrastik), bagi bayi belum memiliki arti atau makna apapun, babling juga berperan penting bagi perkembangan bahasa anak di masa yang akan datang. Tahapan ini akan dilanjutkan dengan fase tuturan dua kata atau disebut dengan telegrafis. Ketika berkomunikasi, anak akan mengucapkan kata-kata yang dianggap penting saja yang disampaikan kepada lawan bicaranya.

No comments:

Daftar Isi